1.
PENDEKATAN
PSIKOANALITIK
a.
Pandangan
Tentang Sifat Manusia
Kalangan psikoanalitik berpandangan
bahwa sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan
reduksionistik. Selain itu, manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan
irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan, dan
dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa psikoseksual yang
terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan.
b.
Tujuan
Terapeutik
Membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri
klien. Proses teraupetik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman
masa kanak kanak. Pengalaman masala lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis
dan ditafsirkan dengan sasaran merekontruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik
menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketidaksadaran diketahui.
Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan
perasaan dan ingatan ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting
lagi.
c.
Fungsi
dan Peran Terapis
Fungsi terapis adalah mengajarkan arti proses
proses terapi ini kepada klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman
terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas
cara-cara untuk berubah. Peran terapis disini bersifat anonim, dimana terapis
hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan
dirinya kepada terapis.
d. Kritik Terhadap Pendekatan Psikoanalitik
Terlalu teoritik dan tidak didukung oleh
hasil penelitian yang empirik. Pendekatan psikoanalitik membutuhkan waktu yang
relatif lama serta biaya yang tidak sedikit, selain itu ahli terapis nya juga
terbatas.
Dan
Terapi psikoanalitik memandang permasalahan pada klien disebabkan karena faktor
internal klien saja dan mengabaikan kemungkinan faktor faktor eksternal lainnya
yang mungkin menjadi salah satu faktor penyebab dari permasalahan klien.
Pada
teknik psikodinamika, meskipun sebagian psikoanalis terus mempraktikan
psikoanalis tradisional dengan cara yang sama dengan Freud, Kelemahan psikoanalisis tradisonal yakni:
·
Bentuk yang lebih
singkat dan kurang intensif.
·
Klien dan treapis
umunya duduk berhadapan.
·
Terapis tidak
memberikan interpretasi secara berkala, melainkan terlibat dalam pertukaran
verbal yang lebih sering dengan klien.
Kelebihan psikodinamika (psikoanalitik/terapi psikodinamika) :
·
Bentuk penanganan yang
lebih singkat dan murah atau lebih intensif
·
Bertujuan mengungkapkan
motif-motif bawah sadar dan menghancurkan resistansi dan pertahanan psikologis
·
Fokusnya lebih pada
hubungan klien
·
Terapinya membutuhkan
dialog yang lebih terbuka dan eksplorasi langsung dari pertahanan klien dan
transference disbanding bentuk tradisional.
2.
PENDEKATAN
CLIENT CENTERED
a. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Menolak konsep tentang
kecenderungan-kecenderungan negatif dasar, dan manusia tersosialisasi dan
bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang
positif pada intinya yang terdalam.
Pandangan tentang manusia yang positif
ini memiliki implikasi-implikasi yang berarti bagi praktik client-centered. Berkat pandangan filosofisbahwa individu memilliki
kesanggupan yang inheren untuk menjauhi maladjusment menuju keadaan psikologis
yang sehat, terapis meletakkan tanggung jawab utamanya bagi proses terapi pada
klien.
b. Fungsi dan Peran Terapis
Peran terapis client centered berakar
pada cara cara keberadaannya dan sikap sikapnya bukan pada penggunaan teknik
teknik yang dirancang untuk menjadikan klien berbuat sesuatu. Dan fungsi dari
terapis adalah membangun suatu iklim terapeutik yang menunjang pertumbuhan
klien.
c.
Kritikan
Terhadap Pendekatan Client Centered
Kelemahan pendekatan client centered
terletak pada cara sejumlah praktisi menyalahtafsirkan sikap sikap central dari
posisi client centered. Tidak semua konselor bisa mempraktekkan terapi client
centered, sebab banyak konselor yang tidak mempercayai filsafat yang
melandasinya. Gaya konseling pada pendekatan ini lebih kepada mendengarkan
secara empatik. Tentu saja mendengarkan klien secara sungguh sungguh,
merefleksikan dan mengkomunikasikan pengertian kepada klien memiliki nilai.
Akan tetapi psikoterapi lebih dari itu. Barangkali memang mendengarkan dan
merefleksikan merupakan prasyarat bagi pembentukan hubungan terapeutik, tapi
mendengar dan merefleksikan jangan dikacaukan dengan terapi itu sendiri. Selain
itu kritikan terhadap pendekatan client centered yaitu adanya jalan yang
menyebabkan sejumlah praktisi menjadi lebih terfokus pada klien sehingga mereka
sendiri kehilangan rasa sebagai pribadi yang unik.
3.
PENDEKATAN TERAPI TINGKAH LAKU
a. Pandangan Mengenai Sifat Manusia
pandangan
“behavioural radikal” tidak memberi
tempat asumsi yang menyebutkan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh
pilihan dan kebebasan. Filsafat behaviouristik radikal menolak konsep tentang
individu sebagai agen bebas yang membentuk nasibnya sendiri. Lingkungan adalah
pembentuk utama keberadaan manusia.
b. Tujuan Terapi Tingkah Laku
Tujuan
umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi kondisi baru bagi proses
belajar.
c. Fungsi dan Peran Terapis
Terapis
tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan
masalah masalah manusia, para kliennya. Terapis tingkah laku berfungsi sebagai
guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosa
tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur prosedur
penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru dan
adjustive.
d.
Kritikan
Pendekatan Terapis
1. Terapi
tingkah laku tidak menangani penyebab penyebab, tetapi secara superfisial
menangani gejala gejala. Pandangan psikodinamika menegaskan bahwa terapi
tingkah laku membiarkan penyebab penyebab dasar neurotik tak terjamah atau
paling tidak hanya meredakan gejala gejala untuk sementara waktu, dan yang
paling celaka adalah kondisi klien berkemungkinan menjadi lebih buruk.
2. Terapi
tingkah laku tidak diterapkan pada orang yang taraf berfungsinya relatif
tinggi. Satu keterbatasan terapi tingkah laku yang sering disebut sebut adalah
bahwa terapi tingkah laku menaruh minat pada penanganan orang orang yang taraf
berfungsinya sedang. Kadang kadang dikemukakan bahwa orang orang yang mencari
makna dan mencapai aktualisasi diri tidak banyak dibantu oleh teknik teknik terapi
tingkah laku.
3. Terapi
tingkah laku bisa diterapkan hanya pada kecemasan kecemasa spesifik, Sedangkan
masalah masalah personal dan penyesuaian yang lebih luas yang sering dihadapi
oleh para pempraktek dalam psikoterapi tidak ditangani.
4. Modifikasi
tingkah laku tidak berfungsi.
5. Terapi
tingkah laku bisa mengubah tingkah laku tetapi tidak mengubah perasaan
perasaan.
6. Terapi
tingkah laku mengabaikan pentingnya hubungan terapis klien dalam terapi.
7. Terapi
tingkah laku tidak menyajikan pemahaman.
8. Terapi
tingkah laku mengabaikan penyebab penyebab historis dari tingkah laku sekarang.
4.
PENDEKATAN
TERAPI RASIONAL EMOTIF
a. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Terapi Rasional Emotif memandang manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk
berpikir irasional dan jahat.manusia memiliki kecendrungan kecenrungan untuk
memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, menghancurkan
diri, menghindari pemikiran, berlambat lambat, menyesali kesalahan kesalah
secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela
diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.
b. Tujuan TRE
Tujuan utama TRE adalah meminimalkan
pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat
hidup yang lebih realistik.
c.
KritikanTerhadap
Terapi TRE
Pendekatan TRE ini sangat didaktik,
artinya terapis harus berhati hati terhadap apa yang disampaikannya agar tidak
hanya memaksakan filsafat hidupnya sendiri kepada kliennya. Berdasarkan
faktanya, terapis rasional memegang suatu posisi konfrontif menimbulkan bahaya
bahaya tertentu. Taraf latihan, pengetahuan, dan keterampilan, kemampuan
melihat, dan ketepatan menilai pada terapis sangat penting dalam TRE, karena
terapis memiliki kekuasaan besar yang dihasilkan oleh sikap persuasif dan
direktifnya, kerugian psikologis lebih mungkin terjadi dalam TRE. Ada bahaya
jika terapis TRE yang tidak terlatih menggunakan TRE memandang terapi sebagai
pencecaran klien dengan persuasif, indoktrinasi, logika, dan nasihat. Jadi
seorang terapis TRE bisa keliru dengan menjadi pemberi metode metode
penyembuhan kilat, yakni dengan menyampaikan kepada klien apa yang salah dan
bagaimana mereka harus mengubahnya.
5. PENDEKATAN TERAPI REALITAS
a.
Pandangan
Tentang Manusia
Terapi realitas memandang manusia
sebagai sebuah agen yang menentukan dirinya sendiri. Dan masing masing orang
memikul tanggung jawab untuk menerima konsekuensi konsekuensi dari tingkah
lakunya sendiri. Dan tampaknya orang menjadi apa yang ditetapkannya.
b.
Tujuan
Terapi
Membantu seseorang untuk mencapai
otonomi. Pada dasarnya otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi kemampuan
seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan internal.
c. Peran dan Fungsi Terapis
Tugas terapis adalah bertindak sebagai
pembimbing yang membantu klien agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara
realistis. Selain itu fungsi penting lainya dari terapis realitas adalah
memasang batas batas mencakup batas batas dalam situasi terapeutik dan batas
batas yang ditempatkan oleh kehidupan pada seseorang.
d. Kritikan Terhadap Terapi Realitas
Tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika
dinamika tak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah satu determinan
dari tingkah lakunya sekarang. Selain itu terapi realitas bisa menjadi suatu
tipe campur tangan yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang terlampau
disederhanakan bagi praktek terapi. Sama halnya dengan terapi TRE, terapi
realitas memiliki kemungkinan memainkan peran sebagai seorang yang ahli menjawab
setiap pertanyaan orang lain, dan bagaimana mereka harus bertindak.
0 komentar:
Posting Komentar